Benar Itu Tidak Ada Yang Ada Menjadi Benar
“Benar itu tidak ada, yang ada menjadi benar”
Katanya William James “truth happens to an idea”
Jadi selama in ikan kita mengaggap benar itu salah
satu yang given dan mutlak yang sudah ada pada diri sesuatu, tapi kalau bagi William
James tidak ada kebenaran seperti itu, Benar itu tidak ada, yang ada menjadi benar.
Sebagai contoh “the ini kok panas banget ya” itu menurut aku, panasya the ini
bukan kebenaran, tapi menjadi benar bagiku saat ini sekarang hari ini, menjadi
benar.
Begitu juga dengan Agama sama, tidak ada kebenaran yang
mandek, diam, statis dan mutlak. Dia selalu bergerak.
“Menjadi benar menurut aku”
“Menjadi benar menurut dia”
Al-Qur’an nya sama tapi begitu dibaca Imam Asy’ari, begitu
dibaca Imam Syafi’I begitu dibaca Imam Hanafi melahirkan kebenaran-kebenaran
yang sangat varieatif. Kenapa? Karena benar yang diam itu tidak ada. Yang ada
selalu menjadi benar
“Truth Happens to An Idea”
Ide teori Syafi’I benar menurutku akan tetapi tidak
benar menurut orang yang menganut Madzhab Hanafi. Jangan percaya dengan
kebenaran yang statis yang dilembagakan yang absolut. Bukan hanya itu kasus
contoh lain misalnya Tuhan saja di kepala kita bisa macam-macam.
Allah versiku dengan Allah versimu. Penangkapanmu
tentang Allah penangkapanku tentang Allah bisa berbeda-beda. Mungkin saja
karena kamu belajar syariah, belajar Fiqih lalu dalam benakmu Allah itu bagi
kamu dominan sifat hakkim adilnya. Dalam gambaran kalua kamu mengukur solatnya
tidak benar, besok di sate di Neraka.
Nanti Allah jadi tukang sate akhirnya Allah jadi tukang pukul, Allah jadi
tukang bakar, kan begitu di persepsimu bukan.
Bayangan Allah itu diatas sana terus melihat kebawah
lihat kamu “Ayo-ayo maksiat kamu kan begitu” Allah itu selalu begitu terus. Tapi
mungkin berbeda jika kamu belajar Filsafat atau apa Allah itu yang dominan
bukan hakimnya tapi Rahman Rahim nya. Allah itu sayang pada kita, persepsinya
Allah yang ada di kepalamu dan kepalaku bisa beda.
Tuhan nya sama Allah nya sama akan tetapu dia menjadi
benar menurutmu dan menjadi benar menurutku bisa beda, kenapa? Karena kebenarannya
berbeda-beda. Itulah indahnya beragama.
Lalu apa implikasinya?
Adalaha,.. Tidak ada kebenaran mutlak, tidak ada
kebenaran umum, tidak ada kebenaran absolut, kebenaran itu selalu plural sesuai dengan pengalaman
masing-masing individu.
Contoh lagi sebuah organisasi atau sebuah Lembaga yang
sama ada AD ART yang sama. Tapi pemahaman tentang kebenaran Lembaga dan AD ART
itu disetiap kepala bisa berbeda pula. Tradisionalisme bisa kita sebut romantis.
Modern bisa kita sebut
maju bisa juga kering
“Post modern” itu bis akita sebut menghargi local
bisa juga relative tidak pasti
Islam itu ada yang bilang destruktif ada yang bilang
Islam itu Lil Alamin cinta damai. Kenapa William James mengeluarkan ide
kebenaran yang plural. Karena, dia melihat dalam tradisi Filsafat sebelumnya kebenaran
menjadi rebutan baik dari kelompok ”Tough Minded dan Tender Minded”.
Tough Minded
pendekatanya empiris sedangkan
Tender Minded
pendekatanya rasional
Rasionalisme empirisme ini kalua debat pasti tidak ada
ujungnya. Yang satu bilang hidup itu harus idealis, Ah idealis apa gunanya
hidup itu harus realistis factual empiris. Idealis saja ya rusak. Dari
inspirasi semacam ini antara kelompok Tough Minded dengan Tender Minded maka
lahirlah ide Pragmatisme.
Jika kita lihat, yang rasional ya benar, ayng empiris juga
benar, lalu yang paling benar mana? Maka kita pun menjadi bingung.
Cob akita jelajah lagi semua tokoh popular yang kita
kenal ataupun isu kok semuanya terlihat benar.
“Teori Thomas Hobber” ya benar
“Teori Freud” ya benar
“Teori Darwin” benar juga keliatan benar.
Memang semua benar sesuai dengan perspektif dan
dasarnya sendiri-sendiri. Tidak ada kebenaran yang tunggang.
Kebenaran selalu sifatnya perspektif kontekstual
Bahkan dalam diri ktia pun kebenaran itu selalu berkembang
bukan. Tidak statis, yang kita anggap
benar dulu mungkin bisa berbda dengan sekarang. Ada perkembangan ide kebenaran,
Jadi tidak ada kebenaran itu selalu plural. Dan ini yang akan diwarisi oleh orang-orang
Post Modern. Inilah yang akan menginspirasi lahirnya tradisi besar yang
baru di dunia barat.
Yang diawali dari berfikir yang pragmatis.
Komentar
Posting Komentar